Tuesday, December 15, 2009

Krilangkun: Kritis, Langkah, dan Tekun

Bab 12 : Penutup
Krilangkun



“Sekadar mengetahui tidak cukup, kita harus meninginkannya.
Sekadar berkeinginan tidaklah cukup, kita harus bertindak.”

— Johann von Goethe, seniman serbabisa Jerman.


Apa yang kita pelajari dari uraian-uraian di atas? Kita melihat bahwa ketika sesuatu berada pada kondisi kritis, maka alam semesta (termasuk diri kita, tetangga, dan lingkungan kita) telah didesain untuk mengatur diri mendukung kita (mestakung) agar keadaan kritis ini dapat terlewati.

Ada 3 hal yang dapat merangsang terjadinya mestakung. Ketiga hal ini saya namakan KRILANGKUN, singkatan dari KRItis, LANGkah dan TeKUN.


Siapa pun kita dan apa pun jabatan kita: pengusaha, guru, pedagang, pilot, dokter, sekretaris, karyawan, direktur, pejabat, hakim, bahkan supir dapat berubah dari biasa menjadi luar biasa dari good menjadi great. Caranya, lakukan Krilangkun agar terjadi mestakung.

 

KRILANGKUN 1: KRITIS

Untuk merangsang terjadinya mestakung, yang pertama kita harus lakukan adalah menempatkan diri kita pada kondisi kritis. Menempatkan diri pada kondisi kritis dapat dilakukan dengan menentukan sasaran yang jelas. Sasaran harus setinggi-tingginya dan beri waktu yang cukup untuk mencapai sasaran itu.

Misal: seorang calon dokter menetapkan target untuk menjadi dokter spesialis kanker yang terbaik di dunia 10 tahun dari sekarang. Atau seorang guru ingin menjadi guru yang mampu mengajar secara mudah, asyik dan menyenangkan dalam 10 tahun mendatang. Atau direktur perusahaan menargetkan penghasilan perusahaan naik 10 kali lipat dalam waktu dua tahun. Atau ingin mendapatkan suami yang baik.

Pada waktu berkunjung ke Halmahera Utara untuk memberikan orasi ilmiah di sebuah politeknik di sana, saya bertemu dengan Bupati Halmahera Utara, Hein Namotemo. Usai memberikan ceramah tentang Mestakung, Pak Hein langsung menangkap ide ini dan langsung menentukan sasaran: Halmahera Utara Go International  tahun 2010! Pak Hein menempatkan diri pada kondisi kritis. Saat itulah mestakung terjadi. Semua jajaran staf Bupati siap mendukung. Pak Timisela, Kepala Dinas Pendidikan, segera membuat strategi bagaimana menyambut Halut 2010 ini. Untuk menggenjot prestasi, Pak Timisela menetapkan minimal nilai UAN untuk anak-anak di Halut adalah 7,5. Wow... suatu langkah berani! Suatu penempatan diri pada kondisi kritis. Inilah yang kita harus lakukan kalau ingin melihat mestakung bekerja melakukan perubahan-perubahan.

Ketika menyusun edisi kedua buku ini, saya membaca satu artikel bahwa Menko Kesra menetapkan nilai rata-rata minimal untuk tiga pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia dinaikkan dari 4,25 menjadi 5,00. Ini suatu kondisi kritis. Kita akan melihat bagaimana mestakung terjadi di sekolah-sekolah. Tiap sekolah akan berusaha mencapai nilai ini. Jika kebijakan ini dipertahankan terus dan dilaksanakan secara konsisten, maka kondisi kritis ini akan terlewati. Setelah ini terlewati, kita bias menciptakan kondisi kritis lainnya.

Pada saat saya memberikan seminar mestakung dalam Olimpiade Sains antar pesantren-pesantren di seluruh Indonesia, ada seorang peserta berkata, “Pak, saya ingin jadi Menteri Kesehatan... Saya akan berjuang untuk mencapai itu.” Wooow sungguh luar biasa.

Pada seminar lainnya di Universitas Indonesia, beberapa orang mengungkapkan target-target pribadi untuk menjadi menteri, anggota DPR, bahkan ada yang mempunyai target jadi presiden. Luar biasa.... Kalau saja orang-orang Indonesia mempunyai target-target yang tinggi dan berusaha keras untuk mencapai itu, maka dalam 10 tahun mendatang, Indonesia akan menjadi negara yang luar biasa.


“Ciptakanlah kondisi-kondisi kritis.
Anda akan melihat bagaimana mestakung membantu anda melewati kondisi-kondisi kritis ini”


 

KRILANGKUN 2: LANGKAH


Setelah menempatkan diri pada kondisi kritis, kita harus melangkah. Untuk mendaki gunung tinggi kita perlu melangkah walaupun kecil. Melangkahlah walaupun langkah itu kecil. Untuk mendaki gunung tinggi kita perlu melangkah walaupun kecil. Melangkah bias dilakukan dengan membuat strategi, men-sharingkan ide pada sebanyak mungkin orang, bergerak menuju sasaran ataupun mengajak teman untuk bersama-sama melewati kondisi kritis ini.

Mao Ze Dong di tahun 1934 menetapkan sasaran untuk melakukan long march sepanjang 9000 km dengan puluhan ribu anak buahnya. Beliau melangkah dan melangkah. Melintasi gunung, lembah, meniti jalan setapak dengan menggunakan obor di waktu malam. Serangan tentara Chiang Kai Sek penyakit, hujan, badai pasir, badai angin, dan berbagai rintangan harus dihadapi. Namun, dengan tekad teguh, akhirnya setelah setahun sekitar 8000 orang tiba dengan selamat di akhir perjalanan yang sangat fantastis dan tampak tidak mungkin ini.

Tahun 1984 saat saya masih mahasiswa jurusan Fisika di FMIPA UI, saya merasa terpanggil untuk mengembangkan pendidikan fisika yang asyik, mudah, dan menyenangkan di Indonesia. Namun, saya merasa ilmu yang saya peroleh dari S1 ini sangat kurang. Saya berkeinginan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Sayang, waktu itu saya tidak ada biaya sama sekali. Orang tua saya tidak akan mampu membiayai saya. Ketika baru di tingkat I dan tingkat II saja, saya hampir keluar dari UI jika tidak mendapat beasiswa supersemar, karena kami tidak mampu membayar uang kuliah.

Tekad ke luar negeri ini begitu kuat. Saya harus melangkah. Kemudian saya memberi les privat. Uang les privat ini saya kumpulkan sedikit demi sedikit untuk membuat.... passport. Ya, passport. Banyak orang menganggap saya aneh, ke luar negeri belum ada kepastiannya, kok sudah membuat passport?“ Tetapi itulah.... kita harus berani melangkah. Ternyata tahun berikutnya, mestakung terjadi. Fisikawan Amerika Serikat datang ke Indonesia untuk meng-interview mahasiswa-mahasiswa Indonesia dan salah satu mahasiswa Indonesia yang lulus interview adalah saya. Saya pun mendapat beasiswa di Department of Physics The College of William and Mary Virginia.

Rudy, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat mempunyai resep sukses yang unik. Dia tidak pernah menunda pekerjaan. Ketika dia mendapat tugas dari dosennya selama seminggu atau sebulan, dia menyelesaikan tugas itu di hari pertama. Ini berbeda sekali dengan kebiasaan anak-anak muda yang sering menyelesaikan pekerjaan di menit-menit terakhir (the last minutes). Menurut Rudy, kalau dia bisa menyelesaikan tugas lebih awal, dia mempunyai waktu lebih untuk berpikir lebih banyak. Hidup menjadi berkurang stresnya. Kebiasaan ini dilakukan Rudy hingga dia bekerja. Dan hasilnya, Rudy selalu mendapat pujian dari atasannya atas segala pekerjaan yang begitu rapi. Sekarang dia sukses sebagai pengusaha. Kesuksesan Rudy didapatkan karena ia berani melangkah dan tidak pernah menunda-nunda.

Tahun 2005 DKI menjadi tuan rumah Olimpiade Sains Nasional (OSN). Dikmenti (Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi) dan Dikdas (Dinas Pendidikan dasar) provinsi DKI Jakarta menargetkan menjadi juara OSN 2005 ini. Mereka melangkah! Mereka menyeleksi anak-anak berbakat. Men-training-nya secara intensif, mulai Januari hingga September 2005. Mestakung terjadi! Semua bekerja bersama-sama untuk satu tujuan. Setiap saat, Kepala Dinas Pendidikan SMA, Bp. H. Margani dan Kepala Dinas Pendidikan SD/SLTP, Ibu Dr. Sylviana Murni memeriksa kemajuan dari training intensif ini. Hasilnya, dibandingkan tahun 2004 DKI hanya menduduki peringkat 4 dengan 5 medali emas, menjadi peringkat 1 di tahun 2005 dengan 33 medali emas. Fantastis! Jonathan Mailoa, sang absolute winner Olimpiade Fisika Internasional dan Pangus, sang The Best Experiment Olimpiade Fisika Asia juga merupakan hasil dari pembinaan intensif ini.

Dinas Pendidikan Papua, Bp. James Modouw senantiasa mendengungkan Papua tidak boleh kalah dengan daerah lain. Papua harus bisa juara di tingkat internasional. Semua ini ditargetkan sejak tahun 2003. Walaupun penuh tantangan di awal, namun Bp. James Modouw maju dan maju terus. Mestakung terjadi! Anak-anak cerdas Papua bermunculan. Hasilnya, Septinus George Saa menjadi juara The First Step to Nobel Prize in Physics 2004, Anike Bowaire menjadi juara The First Step to Nobel Prize in Physics 2005, dan Surya Bonay menjadi juara The First Step to Nobel Prize in Chemistry 2006. Salah satu siswa berbakatnya, Andrey Awoitauw, berhasil meraih medali emas matematika OSN, mengalahkan juara dunia matematika, Ivan Kristanto, dari Jakarta. Luar biasa kalau kita mau melangkah!!!

Dinas Pendidikan Jawa Tengah menargetkan tahun 2006 menjadi juara OSN. Segala persiapan dilakukan, mereka belajar dari DKI. Mestakung terjadi. Guru, siswa, pejabat-pejabat di dinas pendidikan termotivasi untuk mencapai target ini. Mereka bekerja keras luar biasa. Hasilnya, Jawa Tengah berhasil menjadi juara OSN 2006 dengan 19 medali emas. Padahal tahun 2005 mereka hanya peringkat 4. Luar biasa!!!


“Ketika kita melangkah, semesta (diri kita, lingkungan baik yang dekat maupun yang jauh) akan bereaksi dan mengatur diri untuk membantu kita keluar dari masalah kita)”


KRILANGKUN 3: TEKUN


Ketika kita melangkah, di tengah jalan kita akan melihat ombak dan merasakan terpaan angin. Mestakung akan bekerja ketika kita tidak gentar menghadapi ombak, angin, bahkan badai sekalipun. Ketekunan akan merangsang mestakung sehingga apa pun yang menjadi tujuan kita, pasti akan kita peroleh. Tekun sampai garis finish, jangan berhenti atau menyerah di tengah jalan. Lupakan hambatan di belakang kita, dan fokuskan pikiran dan langkah kita pada apa yang ada di depan kita. Maju dan maju terus.

Pada pertandingan piala Eropa 1999 antara Bayern Munich dan Manchester United terjadi peristiwa dramatis yang luar biasa. Selama 90 menit pertandingan berlangsung, skor saat itu adalah 1-0 untuk Bayern Munich. Namun, pemain-pemain MU terus menekan. Akhirnya, pada waktu tambahan (injury time), pemain MU, Sherringham dan Solksjaer, secara spektakular mencetak masing-masing satu gol dalam waktu hanya 2 menit 58 detik, membalikkan skor menjadi 2-1 untuk kemenangan MU.

Setelah itu, 35 detik kemudian wasit meniup panjang tanda pertandingan usai. Para suporter dan para pemain BM tertunduk lesu. Kemenangan yang sudah di tangan lenyap begitu saja dalam waktu 3 menit. Sebaliknya, para suporter dan pemain MU terlihat begitu meluap-luap kegembiraannya. Mereka telah menggunakan waktu sebaik-baiknya, tetap tekun berjuang keras sampai akhir pertandingan.

Pak Wahid Supriadi, Konsul Jenderal Indonesia di Melbourne, bercerita waktu kami berkunjung ke Melbourne. Pak Wahid merencanakan diadakannya Festival Indonesia di Melbourne 14-17 September 2006. Menurut Pak Wahid, kantor tidak bisa membiayai karena KJRI tidak lagi mendapat dana promosi dari pusat. Mereka harus memutar otak untuk mencari dana hampir Rp. 670 juta bagi penyelenggaraan Festival ini. Pak Wahid tidak gentar. KJRI mendirikan Lembaga Independen Festival Indonesia Inc. dengan modal nol!

Mereka mengirim surat ke ratusan perusahaan/institusi potensial baik di Australia maupun di Indonesia. Surat juga disebar ke seluruh Pemda, baik Indonesia maupun Australia, yang meminta dukungan agar Pemda dapat hadir dan membawa para pengusaha. Namun, responnya sangat menyedihkan. Apakah Pak Wahid menyerah? Tidak! Pak Wahid merasa bahwa dia sudah sampai pada titik point of no return. Dalam kondisi kritis seperti inilah terjadi mestakung. Pak Wahid membangkitkan semangat para penyelenggara, menyusun strategi, menghubungi semua kontak baik individu maupun lembaga-lembaga swasta dan pemerintah yang masuk dalam mailing list KJRI, dan menjual program-program FI.

Tahu apa yang terjadi? Terjadilah Mestakung di mana-mana. Mahasiswa-mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Australia menyingsingkan lengan bajunya. Mereka bekerja bersama-sama, mengatur acara, mencari dana, mengundang orang-orang terkenal dari Indonesia untuk acara seminar, mengundang para penari untuk menunjukkan budaya Indonesia, dan sebagainya. Beberapa Pemda mulai menunjukkan komitmennya, para sponsor pelan-pelan mulai menghubungi panitia, dan juga kalangan pengusaha mulai mendaftarkan diri untuk ikut konferensi walaupun harus membayar. Bahkan dalam minggu-minggu terakhir beberapa sponsor utama datang dan menyatakan komitmennya untuk membantu festival tersebut.

Ribuan orang datang ke Federal Court di Melbourne untuk menyaksikan Festival yang luar biasa ini. Selama dua hari festival budaya, makanan, dan perdagangan dihadiri sekitar 67 ribu orang, sementara business conference dihadiri sekitar 150 pengusaha, pejabat Pemda baik dari Indonesia maupun Australia. Luar biasa! Selesai acara, pemerintah kota Melbourne memberikan pujian dan meminta agar acara ini dapat diselenggarakan secara rutin setiap tahun di Melbourne. Pemerintah Melbourne bahkan berjanji akan mendukung termasuk pendanaannya. Luar biasa! Suatu karya yang indah terjadi kalau kita tekun mengerjakan apa yang sudah ditargetkan.

Yang terakhir, “the last but not the least”, dalam melangkah dan tekun berjuang, yang harus juga diperhatikan adalah faktor spiritual (saya namakan ini faktor plus, “+”). Spiritual atau iman yang kuat akan memberi kekuatan ekstra ketika kita berada pada kondisi kritis. Kepercayaan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa akan membantu kita lewat mestakung akan semakin mengokohkan kita dalam melangkah hingga ke garis akhir kemenangan.

“Doa merupakan kekuatan mestakung”



www.mestakung.co.id  atau www.mestakung.com

No comments: