CHIP.co.id - Menghasilkan uang dari aplikasi mobile
bukan persoalan susah sekarang ini, kalau pengembang bisa membuat
aplikasi yang bermutu dan pemasaran yang tepat. Sudah banyak pengembang
asli Indonesia yang sukses mengeruk keuntungan karena aplikasi mereka
diunduh puluhan juta pengguna dari seluruh dunia. Jangan dikira
pengembang aplikasi hanya didominasi orang-orang dewasa, karena nyatanya
ada juga yang berasal dari kalangan pelajar.
Demikian intisari seminar Muhammad Iqbal, Developer Champion dan
President of Nokia Indonesia Community Enthusiasts, bertema "Monetizing
Mobile Apps" di acara CHIP Fiesta di Kampus D, Universitas Gunadarma,
Depok, Rabu (19/6).
Di Indonesia, kata Iqbal, mengembangkan aplikasi untuk ponsel kelas low-end lebih menarik ketimbang kelas high-end. Pemilik smartphone
mahal biasanya pikir-pikir dulu sebelum membeli aplikasi, dan mereka
--terutama pengguna Android-- juga bisa dengan mudah mencari aplikasi
berbayar secara gratis atau versi crack.
"Tinggal Googling, cari APK, sudah gratis, kalau pemilik HP low-end
enggak. Menjual aplikasi paling susah di kelas high-end karena baru
beberap ajam saja sudah ada versi crack," katanya.
Iqbal mendorong agar mahasiswa aktif membuat aplikasi untuk bisa memperoleh kesuksesan di usia muda. Dia mencontohkan theme untuk
Symbian Batik Indonesia sudah diunduh 30 juta kali di seluruh dunia. Ia
menduduki peringkat ketiga, di bawah Angry Birds dan Fruit Ninja.
"Bayangkan kalau harganya Rp3.000 atau Rp5.000 saja, pengembangnya
sampai bisa beli 2 apartemen secara tunai," katanya seraya menambahkan
pengembang Batik Indonesia bukan jurusan IT, tetapi jago desain.
Ada juga pengembang game Beyond The Wall bikinan orang Bandung
yang sampai sekarang sudah menghasilkan pendapatan sekitar 15 ribu
Euro. Meski mendorong mahasiswa untuk membuat aplikasi, Iqbal
mewanti-wanti agar mereka mempertimbangkan beberapa hal dengan cermat,
di antaranya biaya produksi dan pilihan cara monetasi aplikasi.
Sejauh ini, pengembang mendapatkan uang dari aplikasi dengan
bermacam-macam cara, seperti: aplikasi berbayar, aplikasi dengan iklan,
in-app purchase, langganan, dan long-term revenue. Yang termasuk dalam long-term revenue ini adalah Angry Birds, yang bukan lagi sekadar game, tetapi juga brand dengan bermacam pernak-pernik yang dijual secara global.
Kalau pilihannya adalah menjual aplikasi, Iqbal menyarankan agar
harganya tidak terlalu mahal, misalnya Rp3.000, Rp5.000 atau Rp10.000.
"Harga mahal bukan berarti revenue juga besar. Di mobile
apalagi (kalau cara pembayarannya dengan) potong pulsa, jangan kasih
harga yang besar-besar karena orang-orang mungkin pulsanya enggak lebih
dari 20 ribu," katanya.
Beberapa lokasi yang bisa dijadikan pilihan untuk memasarkan aplikasi
adalah Google play, Apps STORE, Windows Store, BlackBerry World, dan
Local Store beberapa perusahaan telekomunikasi.
"Yang paling penting sebenarnya kualitas aplikasinya. Kualitas berbicara."
Sumber: http://chip.co.id/news/tips-events_community-apps/6912/menjadi_kaya_melalui_aplikasi_mobile
No comments:
Post a Comment