Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku
Filipi 4:13
yang memberi kekuatan kepadaku
Filipi 4:13
Ada seorang teman menderita kanker darah. Penderitaan tersebut ditanggung sejak sepuluh tahun lalu. Sepanjang waktu tersebut secara medis tidak boleh lepas dari obat. Beruntungnya tiga perempat waktu itu suplai obat berjalan dengan lancar. Namun sayangnya seperempat waktu belakangan suplai obat tersendat.
Ketersendatan suplai obat karena faktor ekonomi. Makin menipisnya kemampuan ekonomi membuatnya mengalami ketersendatan. Salah satu dampak terasakan yaitu badan terasa ngilu, mudah lelah, tulang terasa patah-patah. Kesulitan mendapatkan obat makin terasa berat ketika waktu tenggat mendapatkan obat makin dekat. Sementara uang untuk menebus obat belum ada.
Yang dapat dibagikan dari pengalaman ini adalah berdamai dengan sakit penyakit. Berdamai diwujudkan sungguh hati menerima sakit penyakit dengan senang hati. Meskipun sakit berat namun hendaklah keberatan sakit tersebut dinikmati setiap saat bahkan setiap tarikan napas. Kebersatuan berdamai terhadap penyakit memampukan untuk menjalani setiap tarikan nafas pula. Lain halnya sakit penyakit tersebut dirasakan. Maka beban beratlah adanya.
Ketika beban berat tersebut terasakan maka munculnya adalah penolakan terhadap sakit penyakit. Penolakan tersebut menghasilkan penolakan terhadap diri. Diri lemah, tidak sehat, tidak seperti orang lain mampu beraktivitas, hidupku tiada berarti bahkan apa rencana Allah terhadap hidupku yang lemah ini. Itulah ekspresi penolakan-penolakan secara eksplisit.
Penolakan secara eksplisit paling ekstrim adalah mengabaikan Allah sebagai Sang Penyelenggara kehidupan. Tindakannya adalah loncat dari lantai 30. Jump!!!
Jika seorang teman sudah memanggul salib lewat sakit penyakit, disadari atau tidak sudah melaksanakan apa yang tertulis dalam kalimat pembuka yaitu, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Pengalaman berdamai sejatinya adalah wujud keberserahan kepada Allah Sang Penyelenggara Kehidupan. Allah masih memberi ruang dan waktu kepada kita meskipun dalam keterbatasan secara medis. Tetapi Sang Medis adalah Allah bukan dokter.
Secara teknis sulit dijelaskan tetapi dengan berdamai dan keberserahan terhadap Allah maka Allah pasti menunjukkan bagaimana berdamai dalam keberserahan kepada kehadirat Allah.
Bagi siapa pun di antara Anda dan saya, belajar dari pengalaman di atas, berdamai dalam keberserahan adalah berani dan rela meletakkan penderitaan kepada Allah. Penderitaan kita tidak perlu kita bawa kemana. Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih. Terima Kasih Allah. Amin.
*) Terima Kasih Allah atas perjumpaan dengan teman istimewa ini ead.
Ditulis oleh Kukuh Widyat
Sumber: Glorianet.org
No comments:
Post a Comment